EMPAT PILAR BELAJAR
Untuk
menghadapi dan menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan dunia yang sangat
cepat, Unesco (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005) merumuskan empat pilar belajar,
yaitu: belajar mengetahui (learning to know), belajar berkarya (learning
to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan
belajar berkembang secara utuh (learning to be).
1. Belajar mengetahui (learning to
know)
Belajar mengetahui
berkenaan dengan perolehan, penguasaan dan pemanfaatan informasi. Dewasa ini
terdapat ledakan informasi dan pengetahuan. Hal itu bukan saja disebabkan
karena adanya perkembangan yang sangat cepat dalam bidang ilmu dan teknologi,
tetapi juga karena perkembangan teknologi yang sangat cepat, terutama dalam
bidang elektronika, memungkinkan sejumlah besar informasi dan pengetahuan
tersimpan, bisa diperoleh dan disebarkan secara cepat dan hampir menjangkau
seluruh planet bumi. Belajar mengetahui merupakan kegiatan untuk memperoleh,
memperdalam dan memanfaatkan pengetahuan. Pengetahuan diperoleh
dengan berbagai upaya perolehan pengetahuan, melalui membaca, mengakses
internet, bertanya, mengikuti kuliah, dll. Pengetahuan dikuasai melalui
hafalan, tanya-jawab, diskusi, latihan pemecahan masalah, penerapan, dll.
Pengetahuan dimanfaatkan untuk mencapai berbagai tujuan: memperluas wawasan,
meningkatakan kemampuan, memecahkan masalah, belajar lebih lanjut, dll.
Jacques Delors (1996), sebagai ketua
komisi penyusun Learning the Treasure Within, menegaskan adanya dua
manfaat pengetahuan, yaitu pengetahuan sebagai alat (mean) dan
pengetahuan sebagai hasil (end). Sebagai alat, pengetahuan digunakan
untuk pencapaian berbagai tujuan, seperti: memahami lingkungan, hidup layak
sesuai kondisi lingkungan, pengembangan keterampilan bekerja, berkomunikasi.
Sebagai hasil, pengetahuan mereka dasar bagi kepuasaan memahami, mengetahui dan
menemukan.
Pengetahuan terus berkembang, setiap
saat ditemukan pengetahuan baru. Oleh karena itu belajar mengetahui harus terus
dilakukan, bahkan ditingkatkan menjadi knowing much (berusaha tahu
banyak).
2.
Belajar berkarya (learning to do)
Agar mampu menyesuaikan diri dan
beradaptasi dalam masyarakat yang berkembang sangat cepat, maka individu perlu
belajar berkarya. Belajar berkarya berhubungan erat dengan belajar mengetahui,
sebab pengetahuan mendasari perbuatan. Dalam konsep komisi Unesco, belajar
berkarya ini mempunyai makna khusus, yaitu dalam kaitan dengan vokasional.
Belajar berkarya adalah balajar atau berlatih menguasai keterampilan dan
kompetensi kerja. Sejalan dengan tuntutan perkembangan industri dan perusahaan,
maka keterampilan dan kompetisi kerja ini, juga berkembang semakin tinggi,
tidak hanya pada tingkat keterampilan, kompetensi teknis atau operasional, tetapi
sampai dengan kompetensi profesional. Karena tuntutan pekerjaan didunia
industri dan perusahaan terus meningkat, maka individu yang akan memasuki
dan/atau telah masuk di dunia industri dan perusahaan perlu terus bekarya.
Mereka harus mampu doing much (berusaha berkarya banyak).
3.
Belajar hidup bersama (learning to live together)
Dalam kehidupan global, kita tidak
hanya berinteraksi dengan beraneka kelompok etnik, daerah, budaya, ras, agama,
kepakaran, dan profesi, tetapi hidup bersama dan bekerja sama dengan aneka
kelompok tersebut. Agar mampu berinteraksi, berkomonikasi, bekerja sama dan
hidup bersama antar kelompok dituntut belajar hidup
bersama. Tiap kelompok memiliki latar belakang pendidikan, kebudayaan, tradisi,
dan tahap perkembangan yang berbeda, agar bisa bekerjasama dan hidup rukun,
mereka harus banyak belajar hidup bersama, being sociable (berusaha
membina kehidupan bersama)
4.
Belajar berkembang utuh (learning to be)
Tantangan kehidupan yang berkembang
cepat dan sangat kompleks, menuntut pengembangan manusia secara utuh. Manusia
yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara optimal dan seimbang, baik
aspek intelektual, emosi, sosial, fisik,
maupun moral. Untuk
mencapai sasaran demikian individu dituntut banyak belajar mengembangkan
seluruh aspek kepribadiannya.
Sebenarnya tuntutan perkembangan kehidupan global, bukan hanya menuntut
berkembangnya manusia secara menyeluruh dan utuh, tetapi juga manusia utuh yang
unggul. Untuk itu mereka harus berusaha banyak mencapai keunggulan (being
excellence). Keunggulan diperkuat dengan moral yang kuat. Individu-individu
global harus berupaya bermoral kuat atau being morally.
### MOHON MAAF INI HANYA SEBUAH
KUTIPAN ###
Tidak ada komentar:
Posting Komentar